Tak inginkah kau kembali ke tempat ini lagi?
Melihat pohon mahoni yang beberapa
bulan lalu gundul.
Sekarang ia telah begitu rindang untuk menaungi kita berdua.
Kita yang duduk di bawahnya, sambil memandangi air sungai yang mengalir entah
kemana.
Tak
inginkah kau kembali ke tempat ini lagi?
Bermain sepakbola dengan kaki
telanjang di lapangan itu bersama anak-anak kecil.
Sedang aku duduk di pinggir lapangan menyorakimu
dengan rasa girang.
Menyemangatimu untuk sebuah gol yang kau cipta dari kucuran
keringat di badanmu yang tegap.
Dengan sepeda motor bututmu.
Memboncengku berkeliling kompleks perumahan,
melewati jalan-jalan yang namanya
sudah sangat lazim kita dengar.
Menghabiskan senja sebelum habis dilahap hari,
sembari menikmati gorengan yang masih hangat dilidah.
Tak
inginkah kau kembali ke tempat ini lagi?
Kita sholat maghrib berjamaah di
Masjid itu.
Dan kau menungguku di pintu gerbang Masjid hingga do’a-do’aku
tuntas.
Lalu kita pulang bersama…, berdampingan, tapi berjauh-jauhan,
sambil
bercerita tentang diri kita masing-,masing untuk saling mengenal.
Mungkin
kau tak ingin kembali ke kota ini.
Karena semua memang tak pernah terjadi
antara kita,
sebab semuanya hanya khayalku semata.
Tapi
aku ingin dirimu benar-benar kembali seperti waktu pertama kita bertemu.
Tetap
ada cerita antara aku, kau, sepeda motor bututmu, dan pohon mahoni yang kini
tak lagi gundul.
No comments:
Post a Comment