Senyum
yang kau lemparkan untukku sore itu adalah senyum yang telah membakar
kerinduanku. Sebuah kerinduan yang kau bingkiskan tanpa salam kenal, tanpa nama
maupun alamatmu. Sebuah kerinduan yang tiba-tiba ada di depan pintu hatiku.
Yang semuanya seperti sengaja kau ketuk untuk menciptakan rasa penasaranku
untuk mengetahui siapakah dirimu sebenarnya.
Tapi
kau terlalu lama mengarang sebuah teka-teki, yang akhirnya membuatku jemu untuk
mengenalmu. Aku seperti berada dalam sebuah labirin. Mengejarmu, tapi tak
mengetahui keberadaanmu. Membangkitkan hasrat yang kian menggelora. Namun
akhirnya padam oleh udara.
Kemudian
akhirnya bayangan dirimu mengundang sepi kedalam tiap malam-malamku. Rindu
padamu berdansa ke dalam pikiranku. Hingga jam 12 malam berdentang. Aku
terhentak. Lalu meninggalkan semuanya seolah tak pernah terjadi antara kita.
Semenjak
itu, untaian do’a-do’a berharap bertemu
denganmu lagi, kurangkaikan menyatu di tiap-tiap shalat malamku. Lalu ku
kalungkan ke dalam hatiku, kudekap dan kubawa ke dalam tidurku. Biarlah aku
bertemu denganmu dalam mimpi saja
No comments:
Post a Comment